Jasa Drilling dan Blasting dengan Jenis Bahan Peledak TNT
Dalam jasa peledakan atau blasting, TNT sudah pasti akan sangat akrab di telinga anda. Bahan peledak TNT adalah singkatan dari trinitro toluena. Ini merupakan jenis bahan peledak dengan nama kimia IUPAC 2,4,6-Trinitrotoluene.
Lalu mempunyai bentuk yang padat dalam suhu ruangan atau suhu normal, lalu akan melebur menjadi cair pada suhu 81 derajat Celcius. Menentukan jenis bahan peledak menjadi syarat penting dari sebuah jasa atau layanan peledakan tambang seperti https://mria.co.id/.
Hal ini tentu saja mengacu pada proses serta kekuatan bahan peledak itu sendiri. Jadi, TNT dapat menjadi salah satu cara untuk menentukan seberapa besar atau seberapa banyak bahan peledak yang diperlukan dalam sebuah peledakan tambang.
TNT menjadi sangat penting karena beberapa alasan. Jenis bahan peledak ini memiliki kriteria yang sesuai dengan apa yang diperlukan oleh pertambangan dalam proses peledakan. Dengan mengenal beberapa karakteristiknya, dapat pula diketahui jenis-jenis ketentuan dalam peledakan itu sendiri.
Karakteristik salah satu bahan peledak ini memiliki warna kuning pucat dengan senyawa kimia C6H2(NO2)3CH3. Jika dilihat dari struktur kimianya, senyawa yang terkandung dalam bahan peledak ini adalah nitrogen, karbon, serta oksigen.
Kemudian, jika terbakar akan menghasilkan gas yang stabil, yakni CO2, CO, NO2, dan juga energi. Tak hanya itu saja, bahan peledak TNT mempunyai kecepatan detonasi atau kecepatan gelombang kejut setelah ledakan sebesar 6.490 meter per sekon daripada gas gasolin dengan detonasi kecepatannya 1.680 meter per sekon. Dengan hal inilah, TNT sangat tepat jika dipakai untuk bahan peledakan.
TNT Memiliki Banyak Senyawa Turunan
Karena kebutuhan akan TNT ini sangat tinggi, menjadikan pasokan jenis bahan peledak ini tidak cukup memenuhi kebutuhan, sehingga diciptakanlah berbagai macam bahan peledak turunan dari TNT misalnya ametek, baratol, amatol, dan masih banyak lagi.
Saat perang dunia kedua, senyawa amatol dapat diperoleh dengan mencampurkan amonium nitrat. Daya ledaknya tidak kalah dengan daya ledak TNT, akan tetapi amatol mempunyai sifat higroskopis atau mengikat air di udara. Hal tersebut menjadikan amatol mudah sekali rusak.
Selain amatol, terdapat pula jenis bahan peledak TNT turunan dengan kekuatannya lebih rendah, misalnya minol yang merupakan turunan dari amatol. Jenis bahan peledak ini diperoleh dari campuran amatol yang ditambahkan dengan bubuk alumunium. Minol inilah yang sering dipakai dalam bahan peledak untuk tambang.
TNT Sebagai Penentu Daya Ledak
TNT menjadi penentu daya ledak standar saat menentukan daya ledak dari senyawa yang lain. Cara atau metode ini juga dikenal dengan TNT Equivalent yang mana mengandung arti jika energi yang terlepas dari sebuah ledakan apabila dibandingkan 4.184 Joule energi 1 gram TNT yang akan dilepaskan. Jadi, TNT menjadi acuan tentang seberapa besar TNT yang dibutuhkan dalam membuat ledakan tersebut.
Cara Pembuatan TNT
Cara membuat bahan peledak TNT ini dapat dilakukan dengan 3 langkah, yaitu:
1. Toluena, yakni sebagai bahan paling dasar dititrasi oleh asam sulfat serta asam nitrat. Proses ini akan menghasilkan senyawa MNT (mono nitro toluena) serta hasil sampingan yakni air.
2. Kedua, MNT yang dihasilkan akan disisihkan dari zat yang mengotori. Lalu dinitrasi lagi dengan larutan yang sama. Kemudian akan diperoleh DNT (dinitrotoluene).
3. Ketiga, DNT yang dihasilkan akan kembali dinitrasi serta menghasilkan TNT (trinitrotoluene).
Sebenarnya, proses ini bertujuan dalam menambahkan gugus kimia NO2 (nitro) pada senyawa toluena sebagai bahan peledak TNT.